Tokoh

SRIHANA SRIHANI

“Ketika aku melihatmu untuk kali yang pertama, hatiku bergetar. Mungkin kau pun mempunyai perasaan yang sama. Ttd …. SRIHANA”

 

Itu adalah salah satu cuplikan isi surat dari Srihana kepada Srihani. Surat itu adalah surat pertama setelah pertemuan kedua mereka di teater terbuka Ramayana, Candi Prambanan. Sebelum dan setelah itu, berpuluh-puluh surat Srihana lainnya yang penuh dengan kata-kata indah terbang melayang ke pangkuan Srihani.

Kisah cinta ini berawal dari pertemuan mereka di Kota Salatiga tahun 1952. Melalui sebuah perjamuan makan dan salah satu menu hidangan makan adalah sayur lodeh. Tiba-tiba Srihana ingin diperkenalkan dengan yang memasak sayur lodeh. Mereka pun berkenalan, “Rumahnya di mana? Anaknya berapa? Suami?”, itu kalimat yang menyertai jabat tangan pertama mereka.

Tak lama berselang, datang surat cinta pertama, “Tuhan telah mempertemukan kita Tien, dan aku mencintaimu. Ini adalah takdir”.

Srihana Srihani adalah dua kata yang menjadi saksi kisah cinta Sukarno dan Hartini. Dua nama itu adalah dua nama samaran yang dipakai Sukarno ketika menjalin cinta melalui surat-surat romantis mereka. Sukarno yang pada saat itu adalah Presiden Republik Indonesia dan juga sudah mempunyai first lady Fatmawati, memilih berhati-hati dalam menjalani kisah ini. Walaupun pada akhirnya, Hartini janda beranak lima, mejadi istri resmi Sukarno juga. Pinangan Sukarno diterimanya setelah menjalani hubungan kurang lebih satu tahun.

Siti Suhartini adalah nama lengkap Hartini, lahir di Ponorogo – Jawa Tiimur pada tanggal 20 September 1924. Beliau anak dari pasangan Osan Murawi dan Mbok Mairah dan tumbuh sebagai anak yang cantik.

Hartini adalah salah satu perempuan yang menjadi kekuatan spiritual Sukarno. Hartini dinikahi Sukarno pada masa-masa kritis Sukarno pertengahan 1950-an ketika Sukarno bergelut dengan Demokrasi Terpimpinnya. Hartini juga sebagai pendamping setia pada saat kejatuhan Sukarno, masa tahanan rumah, dan sampai meninggalnya. Hartini sebagai seorang istri, melewati fase-fase sejarah penting bangsa Indonesia di samping suaminya, mulai Demokrasi Terpimpin, G30S, ataupun Supersemar.

Hartini pernah mengatakan bahwa dia telah bertekad menjadi istri yang setia bagi Sukarno, dalam keadaan apapun, juga dalam kedudukannya. Dan dia berhasil membuktikannya.

 

(sumber bacaan: Biografi Hartini Sukarno, Arifin Suryo Nugroho, 2009, Penerbit Ombak)

 

Digido News

Info dan kerja sama Email: admin@digido.co.id - WA: 081128285685